Teror ISIS, Ancam 'Panggang' Obama dan Hollande
- Written by Herry

DetakPalembang.com
PALEMBANG - Kelompok militan ISIS kembali menyampaikan ancaman. Kali
ini negara adi daya Amerika Serikat mendapat ancaman melalui sebuah
video yang dirilis, Kamis, (19/11). Melalui video tersebut ISIS
mengancam menargetkan serangan ke Gedung Putih.
Mereka
berjanji akan melakukan bom bunuh diri dan bom mobil. Mereka juga
bersumpah akan menjatuhkan korban lebih banyak dari yang terjadi pada
serangan Paris. Video ini beredar setelah kelompok militan tersebut
mengedarkan video tentang pemenggalan pada dua sandera mereka yang
berkewarganegaraan China dan Norwegia.
Seperti dikutip Reuters, Jumat
(20/11), Kelompok militan ISIS, yang menguasai wilayah Irak dan Suriah
tersebut memulai ancamannya dengan menampilkan rekaman gambar seluruh
kota New York. Lalu salah seorang anggota ISIS yang berada dalam video
mulai menyampaikan ancamannya.
Direktur
FBI, James Comey, mengatakan tak mengetahui adanya ancaman yang serius
dari ISIS. Ia tidak yakin ISIS akan membuat AS mengalami tragedi seperti
Prancis.
Namun
juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby, mengatakan pada CNN,
video yang disebar ISIS itu sedang diselidiki kebenarannya.
"Semua orang di pemerintahan AS menganggap ancaman ini sebagai hal yang serius," katanya.
Sementara
Departemen Pertahanan AS memilih tak menanggapi ancaman tersebut.
Melalui video tersebut, seorang pejuang ISIS mengancam Presiden AS
Barack Obama dan Presiden Prancis Francois Hollande.
"Kami akan memanggang anda... dengan ledakan bunuh diri dan ledakan mobil".
Daftar Pelaku Teror
Empat
pelaku teror Paris yang telah teridentifikasi ternyata masuk dalam
daftar teroris AS. Setidaknya satu atau mungkin lebih dari penyerang
juga masuk dalam daftar 'dilarang bepergian' yang disimpan oleh
pemerintah AS.
Informasi tersebut disampaikan Reuters,
Jumat (20/11), menurut tiga petugas keamanan AS yang tak bersedia
disebutkan namanya tersebut, keempat penyerang yang namanya
dipublikasikan oleh pemerintah Prancis telah masuk dalam daftar Terrorist Identities Datamart Environment (TIDE),
sebuah pusat data informasi kelas tinggi yang menyimpan informasi awal
di pemerintahan AS.TIDE dikelola oleh Lembaga Nasional Pemantau
Terorisme di AS (National Counterterrorism Center/NCTC).
Sementara itu, dalam daftar terpisah, unit Terrorist Screening Center
(TSC) yang dikelola oleh FBI, juga menyimpan beberapa data yang tidak
terklasifikasi. Mereka memiliki daftar tersangka yang masuk dalam daftar
Data Pengawasan Teroris, dan dua kelompok kecil dengan kategori,
'daftar terseleksi,' dan daftar 'tak boleh bepergian.'
Daftar
ini adalah daftar yang TIDE dalam bentuk yang berbeda, dan data
intelijen yang sudah terklasifikasi sudah dihapus oleh mereka. Semua
maskapai yang ada di AS harus menyertakan daftar penumpang mereka ke
TSC, sehingga mereka bisa melakukan pengawasan.
Mendadak Siaga
Pasukan
tentara anti terror disiagakan setelah kepala kepolisian Malaysia
mengeluarkan peringatan adanya ancaman teror menjelang berkumpulnya para
pemimpin dunia di Kuala Lumpur. Terlebih karena kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk menghadiri pertemuan regional ASEAN itu.
Paling
sedikit 2.000 tentara ditempatkan di titik-titik strategis di Kuala
Lumpur, sedangkan 2.500 lainnya dalam keadaan siaga, kata panglima
angkatan bersenjata Malaysia Zulkifeli Mohd Zin.
"Ada
laporan mengenai ancaman teroris yang akan segera terjadi di Malaysia,"
kata kepala kepolisian Khalid Abu Bakar. "Untuk sementara, saya ingin
menggarisbawahi bahwa ancaman-ancaman itu harus dipastikan," ujar Zulkifeli seperti diberitakan Antaranews.com.
ISIS Ubah Pola Teror
Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengatakan, militan Islamic
State of Iraq and Syria (ISIS) telah mengubah model teror. BNPT akan
mempelajari dan mengantisipasi hal itu.
"Dari
analisa saya, teror yang digunakan model baru. Mereka mengubah pola
teror. Kalau selama ini mereka melakukan teror dan serangan di wilayah
yang pendukung ISIS banyak seperti Suriah dan Irak, sekarang mereka
menghantam wilayah yang pendukung mereka sedikit, tapi memiliki dampak
yang sangat luar biasa," ujar Juru bicara BNPT Irfan Idris MA di
Jakarta, Jumat (20/11) seperti dikutip dari Metrotvnews.com.
Strategi
ISIS ini, lanjut Irfan, adalah bagian dari strategi melebarkan sayap.
Sebab, saat ini mereka di Suriah tengah dibombardir pasukan Rusia. Kalau
mereka tidak keluar untuk menyebarkan paham-paham ekstrem dan khilafah
sekaligus menebar teror wilayahnya menjadi terbatas.
Selain
itu, secara geografis saat ini wilayah ISIS masih terbatas di Suriah
dan Irak. Dari sisi personel, mereka juga semakin habis.
"Dari
situlah, mereka (ISIS) lantas membalas ke negara-negara yang ikut
membombardir mereka melalui pengikut-pengikutnya di negara-negara
tersebut. Memang secara jumlah, pengikutnya tidak terlalu banyak di
setiap negara, tapi ancaman seperti teror Paris, bisa terjadi di
negara-negara lainnya. Target mereka selanjutnya mungkin Italia dan
Amerika Serikat," ungkap Direktur Deradikalisasi BNPT ini.
Irfan
menerangkan, ancaman ISIS tentu sangat luar biasa. Kalau strategi itu
terus mereka mainkan, pasti terjadi banyak teror dan ledakan bom di
banyak negara yang ada simpatisan ektremis (ISIS), termasuk Indonesia.
Karena
itu, kata Irfan, bangsa Indonesia harus ikut aktif membantu BNPT dan
lembaga-lembaga terkait dalam penanggulangan terorisme. Caranya dengan
meningkatkan kewaspadaan, juga hard approach tentang bagaimana
memperketat keamanan di tempat-tempat keramaian.
Irfan
juga meminta agar pemerintah, lewat Presiden Joko Widodo, membuat
instruksi ke seluruh komponen bangsa untuk mengantisipasi serangan ISIS
ke Indonesia. Ini penting karena mau tidak mau Indonesia telah menjadi
'bagian' ISIS dengan adanya 364 WNI yang bergabung dengan ISIS di
Suriah. Pernyataan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian yang
telah memantau keberadaan kantung-kantung ISIS di Indonesia juga
memastikan itu.
0 komentar: